Bahas Climate Change, Menteri LHK Rangkul Netizen Hingga Kolega Menteri

 
JAKARTA- ''Saya akan lebih banyak mendengar dan mencatat,''. Begitulah penggalan kalimat Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat menggelar dialog terbuka perubahan iklim yang digelar selama tiga hari berturut-turut di gedung Manggala, Jakarta.

Digelar saat bulan suci Ramadhan, pertemuan dari tanggal 12-15 Juni ini bukan hanya seremonial biasa sambil menunggu bedug buka puasa. Namun digelar dalam bentuk dialog interaktif, antara Siti dengan pihak-pihak yang diundangnya.

Sebagaimana janjinya, selama acara Siti memang terlihat lebih banyak mencatat. Setiap ada pihak mendapat kesempatan bicara, mantan Sekjen DPD ini menyimak dengan seksama sambil terus mengisi buku kecil yang selalu dibawanya.

Pada hari pertama, Siti mengundang para jurnalis dan penggiat media sosial atau netizen. Hari kedua, para aktivis pro lingkungan. Sedangkan hari ketiga, kalangan dunia usaha menjadi tamu KLHK.

''Mengawal pengendalian perubahan iklim yang ancamannya semakin nyata dirasakan dunia, kami tidak bisa sendirian,'' kata Siti di setiap pertemuan.

''Pemerintahan saat ini selalu terbuka dengan masukan bahkan kritikan. Pesan yang masuk ke akun media sosial, meski tidak semuanya sempat dibalas, namun pesan-pesan itu selalu saya baca,'' katanya.

Jurnalis dan netizen kata Siti memiliki peran penting sebagai penyambung informasi kepada publik. Begitu pula dengan kalangan aktivis, yang disebut Siti sebagai mitra terbaik di luar pemerintahan.

''Aktivis adalah mereka yang telah selesai dengan dirinya dan telah banyak membantu Negara,'' katanya.

Sedangkan kalangan dunia usaha, merupakan pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Semua pihak ini kata Siti, memiliki peran penting yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Pada terakhir, pembahasan perubahan iklim yang digagas KLHK menghadirkan narasumber berbeda. Selain mengumpulkan para pelaku dunia usaha, juga hadir Menteri Perindustrian, Menteri ATR/Kepala BPN, Menteri Pertanian, pimpinan Komisi IV dan VII DPR RI. Semuanya duduk bersama, kompak membahas perubahan iklim dari sudut pandang masing-masing.

''Saya sengaja tidak menyiapkan pidato resmi, karena lebih banyak ingin mendengar. Karena momen bisa bertatap muka bersama pihak terkait seperti ni, tentu tidak bisa dilakukan setiap waktu. Beberapa poin sudah saya catat untuk menjadi bahan kerja KLHK,'' kata Siti.

Dikatakannya, membangun partisipasi publik dalam mengelola perubahan iklim tidak bisa maksimal tanpa kerjasama lintas kementerian.

''Karena itu saya berharap interaksi positif seperti hari ini bisa terus terjaga,'' katanya.

Dalam pertemuan terakhir, kolega Siti di Kabinet Kerja, menyampaikan dukungan mereka terhadap program kerja KLHK, terutama dalam hal mengawal perubahan iklim.

''Saat ditanyakan, apakah kita bisa swasembada pangan? Saya menjawab, semuanya tergantung dari Menteri LHK. Karena perubahan iklim ini sangat besar kontribusinya menentukan hasil panen,'' kata Menteri Pertanian, Amran Sulaiman.

Perubahan iklim diyakini telah membuat permukaan suhu air laut naik. Jutaan orang diklaim sudah kehilangan tempat tinggal, karena daratan sudah berubah menjadi lautan. Cuaca ekstrim juga menyebabkan gagal panen dan ancaman kelaparan di banyak Negara.

Menteri LHK beberapa waktu lalu telah menandatangani Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Indonesia pun menjadi salah satu negara pertama di dunia yang langsung mendepositkan instrumen ratifikasi.

Upacara Tingkat Tinggi Penandatanganan Perjanjian Paris (high-level Signature Ceremony for the Paris Agreement) digelar di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Siti datang mewakili Presiden Joko Widodo dalam acara yang dibuka oleh Sekjen PBB Ban Ki Moon itu.(***)